HEADLINE
Mode Gelap
Artikel teks besar
Kamus Hafalan Durusul Lughah Jilid 2

Mengapa Tanda Asal Rofa' Adalah Dhommah

mengapa tanda asal rofa’ adalah harokat dhommah, BUKAN HURUF ATAU HAROKAT LAINNYA

Dalam pembahasan i’rob, kita mengenal bahwa i’rob terbagi menjadi 4, yaitu rofa’, nashob, jar dan jazm.

Kemudian dalam pembahasan rofa’, kita mengetahui bahwa rofa’ memiliki 4 tanda yaitu:

Dhommah sebagai tanda asli, kemudian penggantinya ada;

  1. Huruf alif
  2. Huruf wawu
  3. Huruf nun
  4. Dan tanda yang kelima adalah dhommah muqoddaroh

Yang pertama adalah tanda asli dari rofa’, sisanya adalah tanda cabang atau tanda pengganti.

Asalnya, rofa’ itu ditandai dengan harokat dhommah. Pertanyaannya, mengapa harus berupa harokat (bukan huruf) dan mengapa harus dhommah (bukan harokat lain) ?

Yang pertama,

Mengapa tanda asal rofa’ itu berupa harokat dan bukan huruf alasannya adalah karena harokat lebih ringan daripada huruf, buktinya apa? kita tahu harokat tidak punya makhroj sedangkan huruf punya makhroj.

Kita pernah mendengar istilah makhorijul huruf namun tidak pernah kita dengar ada makhorijul harokat.

Harokat itu mudah diucapkan mengalir begitu saja hingga setiap orang bisa mengucapkannya, maka yang ringan inilah yang menjadi asal karena jika dengan yang ringan saja tujuan itu bisa tercapai, maka untuk apa kita menggunakan hal yang berat?

Untuk itu kita katakan bahwa dhommah ini adalah tanda asal, harokat ini adalah tanda asal.

Kemudian mengapa harus dhommah? Mengapa tidak fathah, kasroh dan lainnya?

Perlu diketahui bahwa rofa’ itu secara bahasa artinya tinggi, dinamakan rofa’ karena dia memilih suara-suara tinggi untuk dijadikan sebagai tanda seperti dhommah dan wawu, dan tingginya suara ini seiring dengan posisinya yang juga tinggi di dalam kalimat, maksud posisi tinggi disini adalah posisinya ini vital, posisinya ini adalah inti sehingga tidak boleh kalimat ini luput darinya, ketika tidak ada fungsi ini maka kalimat tidak lagi disebut kalimat.

Sedangkan menurut istilah rofa’ merupakan tanda yang menunjukkan bahwa suatu isim ini berfungsi sebagai inti kalimat.

Kemudian alasan lainnya adalah isim-isim yang marfu’ itu jumlahnya sedikit jadi tidak mengapa menggunakan tanda yang berat yakni dhommah.