kaidah Penulisan Alif
Kita akan mempelajari bagaimana cara penulisan alif yang benar, juga kaidah dalam penulisan alif agar tidak menimbulkan kesalahan saat menulis huruf alif.
Karena seringkali, kita temukan banyak kesalahan dalam penulisan tiga huruf yaitu huruf alif, hamzah, dan ta’ ta’nits (huruf ta’ sukun sebagai penanda bagi muannats).
Kaidah Dalam Penulisan Alif
Berkata Syaikh ‘ Utsaimin – rahimahullah ta’ala – :
لِلْأَلِفِ مَوْضِعَانِ
“Alif itu memiliki dua posisi / letak / tempat.”
A. Di tengah kata
Syaikh ‘Utsaimin lanjut berkata :
أَحَدُهُمَا أَنْ تَكُوْنَ فِي وَسَطِ الكَلِمَةِ فَتُكْتَبُ بِصُوْرَةِ الأَلِفِ بِكُلِّ حَالٍ
“Yang pertama, ia (alif) terletak di tengah kata, maka ditulis dengan simbol alif dalam segala kondisi.”
Alif ini adalah alif mamdudah (alif yang ditulis lurus).
Misalnya, (قَالَ) dan (بَاعَ).
Pada kata (قَالَ) huruf alifnya berada di tengah dan ditulis lurus.
Inilah yang disebut dengan alif mamdudah.
Demikian pula, pada kata (بَاعَ) ditulis dengan alif lurus. Tidak boleh ditulis dengan alif bengkok karena huruf alif berada di tengah.
Sedangkan maksud dari perkataan syaikh yaitu “apapun kondisinya” adalah baik alif tersebut aslinya adalah mamdudah ataupun bengkok, tetapi karena suatu kondisi ia pun berubah menjadi alif yang lurus. Ini hanya bersifat insidental saja.
Contoh yang asalnya adalah alif lurus sudah kita ketahui yaitu seperti (قَالَ) maupun (بَاعَ).
Lalu bagaimana dengan yang asalnya alif bengkok?
Contohnya seperti (فَتَى) yang artinya pemuda. Ketika kita sambungkan kata tersebut kepada dhomir maka menjadi (فَتَاهُ).
Kenapa yang asalnya adalah alif bengkok berubah menjadi alif tegak? Karena letak tersebut berada di tengah setelah disambung dengan dhomir.
B. Di akhir kata
Adapun kondisi alif yang berada di akhir kata maka terkadang ditulis dengan alif lurus, dan terkadang ditulis pula dalam bentuk ya (alif bengkok).
Pada posisi terakhir ini, yaitu di akhir kata butuh kepada pengetahuan mengenai kondisi kapan saat ia berbentuk alif dan kapan ia berbentuk ya tanpa titik.
1. Bentuk Alif Mamdudah (Tegak)
Ditulis dalam bentuk alif tegak pada 5 tempat
1. Ketika kata tersebut adalah huruf
Huruf yang dimaksud adalah huruf ma’aniy (huruf yang bermakna) seperti ya nida (يَا), ma istifhamiyyah (مَا), la nafiyah (لَا), dan (لَمَّا).
Perhatikan huruf alif pada kata-kata tersebut merupakan alif tegak dan bukan bengkok.
Kecuali pada 4 tempat yaitu -‘a-ha-i-b- (عَحَإِب).
- Huruf ع yaitu pada عَلَى (diatas) alifnya ditulis bengkok.
- Huruf ح yaitu pada حَتَّى (sampai) alifnya ditulis bengkok.
- Huruf إ yaitu pada إِلَى (ke) alifnya ditulis bengkok.
- Huruf ب yaitu pada بَلَى (tentu) alifnya ditulis bengkok.
Kesemua huruf alif yang berada di akhir ditulis tegak kecuali hanya pada keempat kata tersebut saja.
Namun, apabila keempat kata tersebut bersambung dengan ma istifhamiyyah maka alifnya dirubah menjadi tegak.
Seperti إِلَامَ yang merupakan gabungan dari kata إِلَى dan مَا.
Maka alif bengkok pada kata إِلَى diubah menjadi tegak bila bersambung dengan ma istifhamiyyah. Kenapa diubah? Karena kaidah pertama yang telah ktia sebutkan. Yaitu selama berada di tengah, apapun kondisinya harus ditulis tegak.
2. Ketika kata tersebut adalah isim mabni
Isim mabni yang diakhiri dengan alif, maka alifnya harus lurus.
Seperti contohnya, قَمْنَا (kami bangun). Pada dhomir (نَا) tidak dibengkokkan dhomirnya, begitu pula dengan isim isyarah (ذَا), dzorof (إِذَا), isim syarat (مَهْمَا).
Itu asalnya. Bahwa setiap isim mabni yang diakhiri alif harus lurus.
Namun sama seperti sebelumnya ada pengecualian yaitu pada 4 isim yang disingkat (أُمَّنَا).
Pada isim (أَنَّى), kemudian isim isyarah (أُلَى), pada isim maushul (أُوْلَى), dan pada kata (مَتَى).
3. Ketika kata tersebut berupa isim a’jam
Contohnya أَمْرِيْكَا (amerika), جَاكَرْتَا (jakarta), سَافُتْرَا (saputra) dan lainnya.
Semua nama non ‘arab alifnya harus ditulis tegak, tidak boleh bengkok kecuali 4 nama yaitu مُوْسَى (musa), عِيْسَى (‘isa), كِسْرَى (kisra), dan بُخَارَى (bukhoro).
4. Kata yang terdiri dari 3 huruf
Kata disini umum. Baik itu isim maupun fi’il. Selama terdiri dari 3 huruf maka alifnya harus tegak.
Contohnya pada fi’il (دَعَا) asalnya sebenarnya adalah (دَعَوَ). Namun karena ia terdiri dari 3 huruf maka huruf wawu diubah menjadi alif.
5. Apabila huruf alif didahului huruf ya
Seperti contohnya pada kata (دُنْيَا). Maka alifnya harus tegak. Karena tidak boleh ada dua huruf “ya” berturut-turut.
Kecuali nama orang. Karena nama orang lazimnya lebih bebas. Seperti (يَحْيَى).
2. Bentuk Alif Bengkok (Maqsuroh)
Ketika alif berada di akhir, kemungkinan penulisannya ada dua, yakni dengan alif mamdudah atau alif maqsurah.
Sebenarnya, dengan mengetahui kapan penggunaan alif mamdudah di akhir kata, maka otomatis sisanya sudah pasti ditulis dengan alif maqsuroh.
Akan tetapi, Syaikh Ibnu ‘Utsaimin tetap menyebutkan kondisi alif tersebut ditulis dengan alif maqsuroh untuk menegaskan dan memperjelas kembali.
Kata Syaikh ‘Utsaimin – rahimahullah ta’ala – :
وَتُكْتَبُ الأًلِفُ بِصُوْرَةِ اليَاءِ فِي ثَلَاثَةِ مَوَاضِعَ
“Ditulisnya alif dengan bentuk huruf ya ada pada tiga tempat.”
1. Yang dikecualikan dari sebelumnya
Yaitu yang disingkat (عَحَإب), (أَمَّنَ), dan 4 kata yaitu musa, isa, kisra dan bukhara.
Silahkan dilihat kembali pada penjelasan sebelumnya.
2. Pada isim atau fi’il ruba’iy atau diatasnya
Di atasnay seperti khumasiy (yang terdiri dari 5 huruf), tsudasiy (yang terdiri dari 6 huruf), atau tsuba’i (yang terdiri dari 7 huruf).
Contoh ruba’iy seperti أَعْطَى.
Contoh khumasiy seperti اِصْطَفَى.
3. Pada fi’il atau isim tsulasiy namun diakhiri dengan alif yang berfungsi sebagai pengganti “ya”
Contohnya adalah kata الفَتَى (pemuda). Alif diakhir tersebut asalnya adalah huruf ya, bukan huruf alif. Buktinya adalah saat ia menjadi bentuk mutsanna menjadi (فَتَيَانِ).
Inilah 3 tempat dimana huruf alif ditulis dalam bentuk ya.
Referensi:
- Qowa’id fil imla’ karya syaikh utsaimin
- Syarah Qowa’id fil imla’ karya ustadz abu kunaiza