HEADLINE
Mode Gelap
Artikel teks besar
Kamus Hafalan Durusul Lughah Jilid 2

Pasal : Hal-hal yang mewajibkan mandi

 

مُوْجِبَاتُ الغُسْلِ سَبْعَةٌ:

Penyebab-penyebab yang mengharuskan mandi ada tujuh:

خُرُوجُ المَنِي مِنْ مَخْرَجِهِ بِلَذَّةٍ:

Keluar air mani dari tempatnya[1] dengan disertai kenikmatan[2].

وَانْتِقَالُهُ.

Dan perpindahannya[3].

وَتَغْبِيبُ حَشَفَةٍ فِي فَرْجٍ أَوْ دُبُرٍ، وَلَوْ لِبَهِيمَةٍ أَوْ مَيِّتٍ بِلَا حَائِلٍ:

Masuknya kepala penis (hasyafah) ke dalam vagina atau dubur, meskipun pada binatang atau mayat tanpa ada penghalang.

وَإِسْلَامُ كَافِرٍ، وَمَوْتٌ، وَحَيْضٌ، وَنِفَاسٌ.

Masuk Islamnya orang kafir, kematian, haidh dan nifas.

وَسُنَّ : لِجُمُعَةٍ، وَعِيدٍ، وَكُسُوفٍ، وَاسْتِسْقَاءٍ، وَجُنُونٍ، وَإِغْمَاءٍ: لا احْتِلَامَ فِيهِمَا

Disunnahkan mandi untuk shalat Jumat, shalat Id, shalat gerhana, shalat istisqa (meminta hujan), serta setelah mengalami gangguan jiwa atau pingsan, selama tidak mengalami mimpi basah selama pada kedua kondisi tersebut.

وَاسْتِحَاضَةٍ لِكُلِّ صَلَاةٍ

Dan disunnahkan mandi bagi wanita yang mengalami istihadhah (darah penyakit) untuk setiap shalat.

وَإِحْرَامٍ، وَدُخُولِ مَكَّةَ، وَحَرَمِهَا، وَوُقُوفٍ بِعَرَفَةَ، وَطَوَافِ زِيَارَةٍ، وَوَدَاعٍ وَمَبِيتٍ بِمُرْدَلِفَةَ، وَرَمْي جِمَارٍ:

Dan mandi karena ihram, memasuki Makkah dan tanah haramnya, wukuf di Arafah, tawaf ziarah, tawaf wada’ (perpisahan), bermalam (mabit) di Muzdalifah, dan melempar jumrah (batu).

وَتَتْقُضُ المَرْأَةُ شَعْرَهَا : لِحَيْضٍ وَنِفَاسٍ لَا جَنَابَةٍ إِذَا رَوَتْ أَصُولَهُ.

Wanita wajib mengurai rambutnya (ketika mandi) karena haidh dan nifas, tetapi tidak wajib (menguraikan rambutnya) karena junub, selama air telah membasahi pangkal rambutnya.

وَسُنَّ : تَوَضُّؤٌ بِمُدٍّ، وَاغْتِسَالٌ : بِصَاعٍ، وَكُرِهَ : إِسْرَافٌ.

Disunnahkan untuk berwudhu dengan satu mud (takaran), dan mandi dengan satu sha' (takaran), dan dibenci berlebihan dalam hal ini.

وَإِنْ نَوَى بالغُسْلِ : رَفْعَ الحَدَثَيْنِ، أَوِ الْحَدَثِ وَأَطْلَقَ. ارْتَفَعَا.

Jika seseorang berniat mandi untuk mengangkat kedua hadas (besar dan kecil), maka kedua hadats terangkat.

وَسُنَّ لِجُنُبٍ : غَسْلُ فَرْجِهِ، وَالوُضُوْءُ : لِأَكْلٍ وَشُرْبٍ، وَنَوْمٍ، وَمُعَاوَدَةِ وَطْءٍ، وَالغُسْلُ لَهَا أَفْضَلُ.

Bagi orang yang sedang junub, disunnahkan untuk mencuci kemaluannya. Dan berwudhu sebelum makan, minum, tidur, atau mengulangi hubungan intim. Dan mandi bagi orang junub lebih utama.

وَكُرِهَ : نَوْمُ جُنُبٍ بِلَا وُضُوءٍ:

Dibenci tidur bagi orang yang junub tanpa berwudhu.



[1] Disebutkan dalam kitab ar-Riyadh an-Nadhirat hal 139 :

فإن خرج من غير مخرجه بأن انكسر صلبه فخرج منه لم يجب.

"Jika keluar mani dari selain tempat keluarnya, seperti jika tulang punggungnya patah dan keluar dari sana, maka tidak wajib mandi."

[2] Keluar mani yang mengharuskan mandi besar adalah yang terjadi dengan kesadaran penuh (bukan karena tidur atau kondisi tidak sadar seperti pingsan atau mabuk), dan disertai dengan kenikmatan yang biasanya dirasakan dalam hubungan seksual.

[3] Disebutkan oleh Muhammad bin Nashir al-Ajmi ketika mengomentari ini di dalam syarahnya di hal 90 :

انتقاله من محله ولو لم يخرج من الذكر

“Perpindahannya dari tempatnya meskipun tidak keluar dari kemaluan.”

Setelah membahas tentang air mani, Ibnu Balban menyebutkan (وانتقاله). Apakah yang dimaksud dengan perpindahan adalah air mani? Mari kita lihat penjelasan dari Ahmad bin Nashir al-Qu’aimiy di dalam kitabnya al-Hawasyiy as-Sabighot hal 40 :

فلو أحس بانتقاله في ظهره فحبسه وجب الغسل، وكذا يحكم ببلوغه وفطره في رمضان. وألحق به شيخ الإسلام ابن تيمية في شرح العمدة: انتقال الحيض، فلو أحست المرأة بانتقال الدم - وإن لم يخرج - فيحكم بأنها قد حاضت، وهو المذهب كما جزم به في الإقناع والمنتهى.

"Jika seseorang merasakan perpindahannya di punggungnya dan menahannya, maka dia wajib mandi besar (ghusl). Ia juga sudah dianggap dewasa (baligh) dan berbuka puasa di bulan Ramadhan. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah juga menjelaskan dalam kitab al-‘Umdah bahwa jika seorang wanita merasakan darah haid berpindah meskipun tidak keluar, maka dianggap bahwa dia sudah haid. Ini adalah pendapat madzhab yang ditegaskan dalam kitab al-Iqna’ dan al-Muntaha."

Dijelaskan lebih lanjut oleh al-Qu’aimiy pada kitab beliau ar-Riyadh an-Nadhirot bahwa yang dimaksud dengan انتقاله adalah air mani. Syaikh mengatakan :

أي المني، فلو أحس بانتقاله فحبسه فلم يخرج، وجب الغسل كخروجه، ويثبت به حكم بلوغ وفطر وغيرهما، وكذا انتقال حيض، قاله الشيخ تقي الدين.